Hai dari Setitik Bagian di Filipina

by 13:56 0 comments
Tugas kuliah menumpuk bikin kepala saya pening walau tidak sampai vertigo. Opsi yang harus dijalankan tentu saja  membantainya malam ini sampai semuanya beres. Lembur ditemani segelas kopi panas dari galon yang hampir kosong adalah strategi agar tidak jatuh tertidur saat tugas belum selesai. Laptop dan internet jadi pelengkap untuk menjaga mood  agar tidak angin-anginan. Mengingat saya orangnya mudah bosan.
Belum seberapa lama, perhatian saya sudah teralihkan. Tergoda mau melirik jejaring sosial untuk mengecek seberapa pusing teman-teman saya dalam mengerjakan tugas yang biasanya langsung dicurahkan melalui berbagai tweet dan status facebook. Saya buka browser kemudian mengetik situs yang saya ingin kunjungi. Seketika layar laptop menampilkan beranda facebook. Di ujung kanan bagian bawah, tertera akun teman-teman saya yang sedang online juga. Salah satunya berhasil menarik perhatian. Dia adalah teman lama di dunia maya yang berasal dari Filipina. Sebut saja J sesuai inisial namanya. Tanpa pikir panjang, saya akhirnya mengirim pesan basa-basi menanyakan kabar, kami sudah jarang komunikasi padahal sebelumnya rajin diskusi.

Tidak lama setelah itu, J membalas pesan saya. Obrolan pun berlanjut dengan ha-ha-hi-hi yang jarang kami lontarkan saat asyik chatting di dunia maya. Negara kami berdekatan, tapi kami belum pernah ketemu. Meski begitu, kami tetap klop untuk bertukar informasi mengenai isu terhangat di negara masing-masing. Saya agak malas membaca berita internasional apalagi yang tidak signifikan berimbas pada Indonesia, namun tentu antusiasme saya beda ketika mendengar J bercerita mengenai keadaan di Filipina saat ini.
Saat itu, pikiran mengenai tugas yang belum selesai buyar di luar kepala. Semuanya terasa jadi tidak begitu penting ketika teman saya bercerita bahwa keadaan di sana khususnya di tempat yang bernama Mindanao sedang tidak aman, adanya perang agama yang dipicu oleh gerakan terorisme dari sekelompok radikal yang bertindak ekstrim dengan mengatas-namakan agama Islam. Padahal, mereka hanyalah kaum minoritas di sana. Lebih lanjut lagi karena penasaran, saya akhirnya mencari informasi terkait yang mendukung kabar dari teman saya tersebut (silahkan baca: http://www.abc.net.au/news/2015-01-26/dozens-of-philippine-police-officers-killed-in-clash-with-rebels/6046870). Beruntungnya, teman saya ini memiliki rasa toleransi yang tinggi. Saya muslim dan dia bukan. Namun dia menyadari bahwa dalam ajaran agama yang saya anut tidak mengandung unsur keharusan untuk menjahati orang lain demi kejayaan agamanya. Dia tidak marah pada saya, dengan begitu percakapan terus berlanjut.

Kabar di atas bukanlah satu-satunya informasi yang membuat saya tercengang. J kali ini menceritakan hal yang berkaitan dengan Indonesia. Tentu kita semua mengenal kebijakan baru yang diusung oleh Menteri Susi Pudjiastuti di Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu penenggelaman dan penghancuran kapal dari negara lain yang kedapatan 'mencuri' ikan dan kekayaan alam yang berada di zona milik Indonesia. Tentu saja pro dan kontra berdatangan terkait dengan kebijakan ini baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Saya tidak akan menyoroti mengenai kebijakan itu. Itu tugas pemerintah, saya sempat berpikir bahwa itu bukanlah urusan saya. Namun, sebuah keluhan yang dicurahkan oleh J sedikit menyadarkan saya bahwa penting rasanya untuk peduli pada kebijakan negeri sendiri, terutama yang dapat memicu konflik. Isu yang beredar di Filipina, pihak pemerintah Indonesia tidak hanya menghancurkan kapal tapi juga membunuh nelayan-nelayan kecil Filipina yang biasa menggantungkan hidup untuk mencari ikan di zona milik Indonesia. Saya berusaha mencari informasi mengenai hal tersebut dan berharap hal itu hanyalah fitnah semata. Dari hasil pencarian, memang tidak ada satupun pemberitaan yang mencantumkan hal tersebut. Perasaan saya dibuat lega namun sekaligus bertanya-tanya. Ada apa sebenarnya?


Jika saya tidak terima terhadap apa yang diutarakan teman saya seolah-olah menuduh ia hanya menjelek-jelekkan negara saya, tentunya hal tersebut akan memicu konflik. Jangan dulu jauh-jauh berpikir mengenai konflik besar antara Indonesia dan Filipina, melainkan konflik pertemanan yang kami jalin. Jujur, saya sempat bingung apa yang harus dilakukan. Saya hanya bisa menjelaskan keadaan sebenarnya yang ada termasuk dengan kebijakan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia. Obrolan pun mengalir ke dalam bentuk diskusi.

Teman-teman, perlu kita sadari bahwa konflik merupakan hal yang alami dalam artian tidak dapat dihindari, namun bukan berarti tidak bisa kita atasi dan antisipasi. Perlu keterbukaan pemikiran dan toleransi. Melalui tulisan ini, saya ingin share bahwa meskipun kita bukanlah pengambil kebijakan dan tidak banyak berpengaruh secara langsung bagi negeri ini, ada hal yang bisa kita lakukan. Jika negara kita bersengketa dengan negara lain, bukan berarti sebagai bagian darinya kita perlu mempertegas konflik yang ada. Anggaplah bahwa kita merupakan duta-duta kecil perdamaian yang bisa meredam konflik antar negara dengan tetap menjalin relasi baik dengan teman dari negara yang bersengketa. Jika mendamaikan seluruh dunia masih merupakan mimpi yang besar dan sulit terealisasi, mulailah langkah dari zona yang paling kecil. Semoga saja akan ada jutaan orang lain yang bertindak sama seperti kita. (Intan)

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment